Bukchon Hanok Village, Desa Tradisional Korea di Tengah Kota Modern Seoul

8 min read

Bukchon Hanok Village, Desa Tradisional Korea di Tengah Kota Modern Seoul

Bukchon Hanok Village, Desa Tradisional Korea di Tengah Kota Modern Seoul
Bukchon Hanok Village

Seoul tak hanya berbicara tentang kehidupan modern yang serba maju, akn tetapi ada sebuah hal yang bertolak belakang dengan kehidupan modern dan gedung-gedung pencakar langit. Kita bisa merasakan kehidupan dan jejak masa lalu Korea selatan di tempat ini, di Bukchon Hanok Village atau Kampung Hanok Bukchon. Bukchon Hanok Village adalah sebuah perkampungan atau desa tradisional Korea yang berada di Seoul. Secara lokasi, Bukchon Hanok Village dikepung oleh beberapa pusat budaya Seoul. Diantaranya ada Gyeongbokgung Palace, Changdeokgung Palace dan Jongmyo Shrine. Kampung ini menjadi situs wisata yang menarik karena Bukchon Hanok Village berisi ratusan rumah tradisional Korea yang dikenal dengan nama Hanok. Uniknya, leboh dari 10 juta menghuni area seluas 605.21 km ini.

Nama Bukchon memiliki arti kampung utara. Alasannya karena kampung ini lokasinya berada di sebelah utara Kali Cheonggye (Cheonggyecheon) dan Jongno. Berada di tengah-tengah Bukchon Hanok Village memang seolah menyeret kita ke sekitar 600 tahun yang lalu. Setidaknya ada 920 Hanok yang bisa kita temui di sini. Disinilah kawasan terakhir di Seoul yang masih terdapat rumah-rumah tradisional. Total ada 80.000 Hanok di Seoul namun saat ini hanya tersisa 12.000 dan 900 diantara terkonstrasi di Bukchon. Struktur unik Hanok memang menjadi daya tarik utama desa ini. Hanok biasanya bertingkat dengan struktur yang terbuat dari tanah liat, kayu dan batu. Atap genteng yang melengkung disebut Giwa. Bagian dalam hanok biasanya terdiri dari banyak sekat yang memisahkan ruangan satu dengan yang lainnya. Kebanyakan bangunan yang berada di sini memang masih merupakan lama yang sudah berdiri sejak berabad – abad lampau. Tentunya sangat mengagumkan melihat teknik arsitektur yang digunakan oleh penduduk Korea kala itu. Dari segi bangunannya, penataan ruangnya, dan tidak ketinggalan, aksen ragam hiasnya yang sangat khas. Sesuatu yang cukup mengesankan.

jadwal paket wisata tour ke korea


Dapatkan Jadwal Paket Tour ke Korea 2023 Terupdate

Ada pemberangkatan setiap bulannya, Hanya di TourkeKorea.net

>> Jadwal Paket Tour ke Korea 2023 <<

Ingin berangkat sendiri dengan Keluarga atau Rombongan?

Yuk tentukan rute perjalanan anda sendiri. Lama liburan dan jadwal pemberangkatannya sendiri.

Dapatkan Informasi Private Tour ke Korea, Hanya di TourkeKorea.net

>> Private Tour ke Korea <<

>> Sewa Mobil dan Bus di Korea <<


Mengenal Lebih Dalam Tentang Bukchon Hanok Village di Korea Selatan

Desa tradisional ini memiliki banyak gang sempit dan tentunya rumah tradisional. Rumah-rumah tradisional ini, beberapa ada yang menawarkan penginapan bagi pengunjung yang ingin merasakan pengalaman kehidupan tradisional Korea. Dan rumah-rumah para bangsawan di kampung ini masih terpelihara dengan baik. Berjalan menyusuri desa ini akan memberikan pengalaman yang menyenangkan, alasannya desa ini memiliki jalan yang sempit, berliku-liku serta menanjak. Hanok di Bukchon termasuk gaya dari periode yang berbeda, mulai dari akhir abad ke-19 hingga saat ini. Jalan raya di daerah itu, dengan bangunan modernnya yang tinggi, adalah ciri khas dari daerah lain di Seoul. Namun, dengan gang-gang sempit di jalanan ini, kita akan memasuki dunia yang sama sekali berbeda, di mana tepian hanok yang berserakan erat hampir saling bersentuhan. Perbedaan yang sangat mencolok antara modernitas dan tradisi ini sebagian besar berasal dari upaya pemerintah kota untuk mengembangkan daerah Gangnam pada tahun 1970-an.

Mengenal Lebih Dalam Tentang Bukchon Hanok Village di Korea Selatan
kampung hanok bukchon

Dalam beberapa tahun terakhir, upaya yang lebih besar telah dilakukan untuk melestarikan hanok dan menghidupkan kembali warisan budaya Korea ini. Bekas situs istana, Gyeongeundang dan Okchupdang dari Jongchinbu, Rumah Yun Posun di Angukdong, dan situs Gwanghyewon masih tetap ada. Sementara itu, pengrajin telah pindah ke Bukchon, mempertahankan dan merevitalisasi berbagai kerajinan tradisional. Gang-gang kecil Bukchon membentang di sepanjang sungai yang mengalir ke arah selatan dari punggungan utara. Anak-anak berlari bermain, tetangga saling berbicara, sementara biji-bijian atau paprika tersebar di halaman rumah agar kering. Sebuah gang yang benar-benar merupakan halaman bersama yang dimiliki oleh semua penghuni. Dengan kenangan masa lalu, gang-gang di Bukchon masih berharga sebagai pemandangan yang mewakili sejarah Seoul.

Hanok dibangun berdasarkan prinsip fengshui yang dianut masyarakat Korea dimana rumah dibangun berdasarkan kondisi alam atau georafis Korea yang berbukit dan bergunung serta iklim empat musim. Prinsip ini mengatur pembangunan hanok membelakangi gunung dan dekat dengan air (sungai). Tujuan membelakangi gunung adalah mengurangi udara dingin yang datang dari gunung masuk ke dalam rumah. Aturan lainnya adalah bagian depan rumah menghadap ke arah selatan dan menempatkan pintu masuk utama di bagian timur atau selatan.

Denah bangunan utama rumah dapat dikategorikan ke dalam dua atau tiga pola tata ruang. Pola-pola ini ditentukan oleh berbagai cara menggabungkan ondol, maru, dan dapur. Konstruksi hanok umumnya terbuat dari kayu, baik kerangkanya, jendela dan juga lantainya. Atap hanok terbuat dari genteng sementara dinding hanok biasanya terbuat dari tanah. Lantai hanok lebih tinggi sekitar setengah meter sampai satu meter dari tanah.

Kampung ini juga pernah digunakan sebagai lokasi syuting drama Korea “Personal Taste” yang dibintangi oleh aktor ganteng idola para wanita yaitu Lee Min Ho dan lawan mainnya Son Ye Jin.

Sejarah Bukchon Hanok Village

Bukchon Hanok Village sejarahnya merupakan permukiman dan tempat tinggal para pejabat dan anggota keluarga kerajaan Dinasti Joseon.

PERUBAHAN BUKCHON

Tanah skala besar dipartisi menjadi situs bangunan berukuran kecil untuk alasan sosial dan ekonomi, pada akhir Dinasti Joseon. Diasumsikan bahwa hanok yang terletak berdekatan di desa dibangun kembali sekitar tahun 1930. Perubahan bentuk hanok mencerminkan kepadatan masyarakat karena urbanisasi di Korea yang dimulai pada waktu itu. Situs warisan budaya dari Dinasti Joseon hingga zaman modern dan sejarah Bukchon memberitahu para wisatawan tentang sejarah daerah ini.

DINASTI JOSEON

Topografi yaitu bentuk tanah dan aliran air adalah salah satu ciri utama Bukchon. Di bagian utara, Bukchon memiliki dataran yang lebih curam atau dataran lebih tinggi dan dataran rendah di selatan. Jalan utama di daerah ini sejajar dengan anak sungai, saat air mengalir di lembah. Sehingga jalanan di Bukchon cenderung membentang dari utara ke selatan. Kampung ini merupakan jantung dari Hanyang (nama lama Seoul) antara Changdeokgung (Istana) dan Gyeongbokgung (Istana) yang terletak di sisi selatan pegunungan. Menurut sensus pada tahun 1906, 43,6% dari rumah tangga di Bukchon berasal dari keluarga bangsawan keturunan atau klan kerajaan keturunan Yangban. Dari sini, kita dapat melihat bahwa orang-orang kelas atas yang berkumpul di Bukchon pada waktu itu.

PERIODE KOLONIAL JEPANG

Reputasi Bukchon sebagai desa orang-orang berpengaruh berlanjut ke pencerahan dan periode kolonial Jepang. Urbanisasi membuat Seoul kekurangan perumahan, oleh karena itu pembangunan yang didorong oleh sektor swasta muncul, serta pengembang yang ingin mendapatkan keuntungan dari penjualan rumah juga muncul. Setelah tahun 1912, berbagai jenis hanok dibangun di tanah yang dipartisi ini. Pengembang membangun rumah di gang-gang kecil dengan skala yang besar dan menyebar dengan cepat. Setelah Kemerdekaan, hanok direformasi dan dibangun terus sampai awal 1960-an. Disebut hanok reformasi karena berbeda dari yang sebelumnya dalam hal bahan yang digunakan seperti kaca dan ubin.

ZAMAN MODERN

  • Pada 1970-an: Transfer Sekolah dan Perubahan Besar di Lanskap Bukcho

Proyek pengembangan distrik Yeongdong di akhir 1960-an hingga awal 1970-an di Gangnam (selatan sungai) di Seoul. Saat orang-orang mulai pindah ke daerah Gangnam dari daerah Gangbuk (utara sungai), sekolah-sekolahnya pun juga dipindahkan ke daerah Gangnam. Misalnya, SMA Kyunggi dipindahkan pada 1975 dan bekas bangunannya kemudian menjadi Perpustakaan Umum Jeongdok. Whimoon High School pindah pada 1978 dan Hyundai membangun gedung kantor lima belas lantai di tanah itu pada tahun 1983. Setelah Changduk Girls ‘High School pindah, Konstitusi Hyundai HQ Building dibangun pada tahun 1983, setelah pindah dari Whimoon High School pada tahun 1978.
Hyundai HQ Building dibangun pada tahun 1983, setelah pindah dari Whimoon High School pada tahun 1978. Pengadilan Korea dibangun di tempat itu. Transfer sekolah dan konstruksi bangunan baru inilah yang merupakan faktor kunci dalam mengubah lanskap Bukchon.

  • Pada tahun 1980-an: Perlambatan Pelestarian Hanok dan Membangun Bukchon Street

Perubahan lanskap menyebar dengan cepat membuat hanok harus dilindungi. Perlindungan hanok dimulai pada tahun 1983. Namun, perlindungan saat itu dipimpin oleh pemerintah tanpa kesepakatan atau diskusi dengan warga. Berdasarkan aturan untuk melindungi hanok di desa tersebut, pemerintah menghancurkan banyak rumah hanok dalam membangun Bukchon Street. Itu sebabnya warga tidak terkesan dengan upaya perlindungannya.

  • Pada 1990-an: Penghancuran Hanoks dan Penyebaran Beberapa Bangunan Perumahan

Mengikuti permintaan warga untuk meringankan standar konstruksi, Pemerintah Seoul mengurangi beberapa pembatasan. Misalnya, ketinggian bangunan yang baru diperbolehkan menjadi kurang dari 10 meter. Setelah itu, pembangunan beberapa bangunan perumahan menyebar dengan cepat. Pembangunan beberapa bangunan perumahan yang tersebar di Wonseo-dong dan daerah lain di Bukchon mencemari pemandangan desa.

  • Di tahun 2000an: Upaya Baru untuk Memperindah Bukchon

Karena lanskap Bukchan yang berubah karena kehancuran hanok dan pembangunan bangunan berlantai banyak, Seoul Development Institute (SDI) mengeluarkan kebijakan baru untuk memperindah Bukchon. Dalam proses pembuatan kebijakan, SDI bekerja dengan penduduk, ahli, dan pejabat pemerintah. Berbeda dari pembatasan sepihak sebelumnya, kebijakan baru ini membuat Data Pendaftaran Hanok menjadi sukarela dan mendorong orang untuk memperbaiki rumah mereka dengan dukungan pemerintah. Sejak tahun 2001, kebijakan tersebut telah memperindah Bukchon secara aktif melalui peningkatan lingkungan hidup dan meningkatkan daya tariknya sebagai tempat tinggal.

Romantisme Kampung Hanok Bukchon di Sore Hari

Romantisme Kampung Hanok Bukchon di Sore Hari
Keindahan Bukchon Hanok Village

Matahari sudah mulai turun di Bukchon Hanok Village, warna sinarnya sudah mulai jingga kemerahan namun hangatnya sinar matahari sore masih terasa. Di Bukchon Hanok Village, suasana pemukiman tradisional khas korea mulai terasa. Wisatawan lalu lalang mengabadikan indahnya Bukchon Hanok Village di Sore hari. Banyak pula muda mudi warga Seoul yang berjalan-jalan menggunakan hanbok pakaian tradisional khas Korea, berfoto ria, selfie dengan latar belakang sunset yang romantis. Bukchon, suasana pemukiman tradisional khas korea mulai terasa. Wisatawan lalu lalang mengabadikan indahnya Bukchon Hanok Village di Sore hari. Banyak pula muda mudi warga Seoul yang berjalan-jalan menggunakan hanbok pakaian tradisional khas Korea, berfoto ria, selfie dengan latar belakang sunset yang romantis. Sekedar tips untuk anda ketika mengunjungi Bukchon Hanok Village adalah, jangan lelah untuk terus naik ke atas, karena best view dari perkampungan ini berada diatas dan jangan takut untuk eksplorasi gang-gang kecil di kanan atau kiri jalan karena beberapa gang kecil memiliki pemandangan indah yang sayang untuk dilewatkan.

Panorama Bukchon Hanok Village

Keliling Bukchon Hanok Village Menggunakan Becak

Menuju Bukchon Hanok Village tidak hanya harus berjalan kaki saja, tetapi ada juga fasilitas becak yang bisa dinaiki untuk melihat area Bukchon Hanok Village, namanya Artee Riders Club. Beda dengan becak Indonesia yang pengayuhnya berada di belakang becak dari Artee ini dikayuh oleh pengemudi di depan. Para pengemudi becak ini bisa mengayuh untuk dua orang sekaligus menjadi pemandu wisata. Ada beberapa rute yang bisa dinikmati wisata, tetapi beberapa wilayah Bukchon Hanok Village yang menanjak tajam tidak bisa dimasuki oleh becak Artee sehingga pengunjung diharuskan sedikit berjalan kaki untuk melihat-lihat spot-spot indah di wilayah ini. Apa sih keuntungannya memakai jasa becak Artee? Destinasi ke Bukchon Hanok Village tidak akan sia-sia karena mereka akan menunjukkan spot-spot menarik dan menerangkan segala macam sejarah dan hal unik lainnya di Bukchon ini.

Keliling Bukchon Hanok Village Menggunakan Becak Artee Riders
Artee Riders

Video Bukchon Hanok Village

Sewa Hanbok di Bukchon Hanok Village

Hanbok, pakaian tradisional Korea, telah dipakai selama berabad-abad oleh penduduk Korea. Bahkan, menjadi ikon khas Korea dan masih tetap digunakan pada acara-acara tertentu. Meskipun Hanbok umumnya hanya dipakai pada acara tertentu, popularitas Hanbok terus meningkat di mata wisatawan. Hanbok memiliki beragam jenis. Ada yang digunakan untuk keperluan upacara adat, pakaian sehari-hari, dan ada pula yang dikelompokkan berdasarkan gender, usia, dan musim. Telepas dari jenisnya yang sangat beragam, desain Hanbok tetap terlihat sederhana dan menawan. Desainnya yang eye-catching dengan ukuran yang lebar membuat Hanbok cocok untuk dipakai oleh siapapun. Dan ada beberapa tempat penyewaan hanbok di sekitar Bukchon Hanok Village dengan harga sewa sekitar 8.000 Won/orang. Cobalah untuk sewa hanbok di Bukchon Hanok Village dan berjalanlah menyusuri kawasan ini dengan memakai hanbok tersebut. Rasanya seperti hidup di masa lalu.

Sewa Hanbok di Bukchon Hanok Village
Sewa Hanbok di Bukchon Hanok Village

Hal Yang Bisa Dilakukan di Bukchon Hanok Village

  • Dapatkan pengalaman Mengenakan Hanbok yang Klasik

Tidak ada perjalanan ke Bukchon Hanok Village akan lengkap tanpa menyewa hanbok (kostum tradisional Korea) dan mengarak melalui desa sebagai quasi-Korea. Pastikan untuk berpose melawan dinding batu kuno dari Bukchon Hanok Village. Keanggunan yang dipancarkan hanboks akan membuat Anda merasa seolah-olah telah memasuki masa Dinasti Joseon atau drama sejarah K-drama.

  • Cobalah Untuk Memasuki Rumah Hanok

Ada beberapa hanok (rumah tradisional) di dalam desa yang pintunya terbuka, memberi isyarat kepada pengunjung dengan beberapa kerajinan yang terlihat menarik perhatian. Item tampilan yang dilukis dengan tangan biasanya menampilkan tekstil tenunan dengan berbagai desain – bahkan Winnie the Pooh! Inilah kesempatan kita untuk membawa pulang kenang-kenangan untuk mengenang pengalaman Anda yang luar biasa di Seoul.

  • Kunjungi Pusat Kerajinan Tradisional

Kunjungi Pusat Kerajinan Tradisional dan pelajari rahasia di balik barang-barang rumit yang ditampilkan di desa. Pastikan untuk merencanakan jadwal terlebih dahulu untuk mengakomodasi kegiatan langsung yang ditawarkan di sini. Lokakarya ini memiliki biaya partisipasi yang kecil dan tersedia dalam beberapa bahasa, seperti Korea, Inggris, Jepang, dan Cina.

  • Pergi ke Cafe Hopping

Cafe ini ada di mana-mana di sekitar desa, mungkin karena pemilik toko telah mengantisipasi pengunjung yang mendambakan kafe panas lait setelah penjelajahan mereka. Kopi khusus ini bahkan menyajikan macaron untuk melengkapi paket. Tentunya pengunjung tidak akan bisa menolak melangkah ke kafe yang indah ini.

Hal Yang Bisa Dilakukan di Bukchon Hanok Village bukchon hanok village cafe
cafe di bukchon hanok village
  • Benamkan Diri Anda dalam Seni

Citarasa budaya desa ini meliputi seluruh area. Bahkan beberapa fasad bangunan biasa di dekat Bukchon Hanok Village memiliki mural yang menyerupai serangkaian lukisan dengan paduan eklektik gaya Korea, Cina dan Barat. Dengan seni jalanan yang melengkapi pengerjaan rumit yang terlibat dalam pembangunan hanok, lingkungan ini dipenuhi unsur-unsur artistik.

  • Beli souvenir

Toko suvenir ini,terletak di antara deretan toko yang berdekatan dengan desa. Sebuah surga bagi pecinta barang-barang cantik dengan harga ekonomis, toko ini menawarkan hampir semuanya dari kaus kaki bertema kartun hingga syal elegan yang dapat dihiasi dengan tas kita.

  • Wisata Kuliner

Setelah penjelajahan luas desa dan daerah sekitarnya, apa yang bisa lebih baik daripada aroma masakan Korea rumahan yang akan menyambu kita? Cobalah mampir ke salah satu restoran yang ada di Bukchon Hanok Village.

bukchon hanok village Food
wisata kuliner di bukchon hanok village
  • Nikmati homestay Hanok

Jika sudah tahu kita akan sangat menyukai Desa Bukchon Hanok, mengapa tidak kita untuk memesan satu atau dua malam di sebuah wisma di desa? Dengan demikian, kita akan memiliki kesempatan untuk mengalami cara hidup di desa yang telah ada sejak Dinasti Joseon. Ketenangan nostalgia pasti akan menjadi penangguhan yang menyegarkan dari modernitas yang serba cepat. Untuk lebih jelasnya, kunjungi Pusat Informasi Hanok Homestay.

Cara Ke Bukchon Hanok Village

Dengan Bukchon Hanok Village Subway

Naik subway line 3 menuju Anguk Station dan turun dari pintu 2. Tiba di Anguk Station berjalanlah ke arah utara sejauh 300 meter.

Bukchon Hanok Village

Rated 4/5
based on 4452 reviews from tripadvisor
Bukchon Hanok Village adalah desa tradisional Korea di Seoul dengan sejarah panjang yang terletak di antara Istana Gyeongbok, Istana Changdeok dan Kuil Kerajaan Jongmyo.
Berlokasi di : Seoul, Korea Selatan
  • Alamat: Korea Selatan, Seoul, Jongno-gu, Gahoe-dong, 계동길 37
  • Jam buka : Setiap hari 10.00–17.00
  • Telepon : +82 2-2133-1371
  • Tahukah Anda : Saat ini Bukchon memiliki hampir 900 rumah tradisional Korea (hanoks) dan merupakan tempat yang bagus untuk menemukan arsitektur tradisional Korea di Seoul modern.

Bukchon Hanok Village Map

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *